Download Buku UST Abdul Somad - 77 Tanya Jawab Seputar Sholat

Download Buku UST Abdul Somad, LC., MA.

- Format PDF -


abdul somad

Siapa yang tidak mengenal Ust Abdul Somad Lc. M.A. Semua orang pasti sudah mengetahui beliau, entah itu dari internet atau langsung menghadiri pengajiannya. Beliau terkenal karena ilmu pengetahuannya yang sangat luas, dan penyampainnya mudah dipahami oleh kita.
Selain Aktif berdakwah, beliau juga ahli dalam menyusun kata-kata dalam tulisan. Hal ini terbukti dengan beberapa Buku karya beliau yang diterima oleh semua lapisan masyarakat.
Berikut diantaranya Karya-karya beliau

 77 Tanya Jawab Seputar Sholat

- Download -

Isi Buku :
Pertanyaan 1: Apakah shalat itu? 
Pertanyaan 2: Apakah dalil yang mewajibkan shalat? 
Pertanyaan 3: Bilakah Shalat diwajibkan?
Pertanyaan 4: Bilakah seorang muslim mulai diperintahkan melaksanakan shalat? 
Pertanyaan 5: Apakah shalat mesti dilaksanakan secara berjamaah? 
Pertanyaan 6: Apa saja keutamaan shalat berjamaah itu? 
Pertanyaan 7: Apakah hukum perempuan shalat berjamaah ke masjid? 
Pertanyaan 8: Bagaimanakah cara meluruskan shaf? 
Pertanyaan 9: Bagaimanakah posisi Shaf anak kecil? 
Pertanyaan 10: Apakah hukum shalat orang yang tidak berniat? 
Pertanyaan 11: Apakah hukum melafazkan niat? 
Pertanyaan 12: Bilakah waktu berniat? 
Pertanyaan 13: Apakah batasan mengangkat kedua tangan ketika Takbiratul-Ihram? 
Pertanyaan 14: Berapa posisi mengangkat kedua tangan dalam shalat? 
Pertanyaan 15: Bagaimanakah letak tangan dan jari jemari? 
Pertanyaan 16: Apakah hukum membaca doa Iftitah?
Pertanyaan 17: Adakah bacaan Iftitah yang lain? 
Pertanyaan 18: Ketika akan membaca al-Fatihah dan Surah, apakah dianjurkan membaca Ta’awwudz (A’udzubillah)?
Pertanyaan 19: Ketika membaca al-Fatihah, apakah Basmalah dibaca Jahr atau sirr? 
Pertanyaan 20: Apakah hukum membaca al-Fatihah bagi Ma’mum? 
Pertanyaan 21: Apakah hukum membaca ayat? Apa standar panjang dan pendeknya? 
Pertanyaan 22: Ketika ruku’ dan sujud, berapakah jumlah tasbih yang dibaca?
Pertanyaan 23: Apakah bacaan pada Ruku’? 
Pertanyaan 24: Bagaimana pengucapan [ ]تشع الله تظن تزدهdan ucapan [ +ربنا لك اتضمدketika bangun dari ruku’ bagi imam,  ma’mum dan orang yang shalat sendirian? 
Pertanyaan 25: Adakah bacaan tambahan? 
Pertanyaan 26: Ketika sujud, manakah yang terlebih dahulu menyentuh lantai, telapak tangan atau lutut? 
Pertanyaan 27: Apakah bacaan sujud? 
Pertanyaan 28: Apakah bacaan ketika duduk di antara dua sujud? 
Pertanyaan 29: Apakah ketika bangun dari sujud itu langsung tegak berdiri atau duduk istirahat sejenak? 
Pertanyaan 30: Ketika akan tegak berdiri, apakah posisi telapak tangan ke lantai atau dengan posisi tangan mengepal? 
Pertanyaan 31: Apakah bacaan Tasyahhud? 
Pertanyaan 32: Bagaimanakah lafaz shalawat? 
Pertanyaan 33: Apa hukum menambahkan kata Sayyidina sebelum menyebut nama nabi? 
Pertanyaan 34: Bagaimanakah posisi jari jemari ketika Tasyahhud? 
Pertanyaan 35: Jika saya masbuq, ketika imam pada rakaat terakhir, sementara itu bukan rakaat terakhir bagi saya, imam duduk Tawarruk, bagaimanakah posisi duduk saya, Tawarruk atau Iftirasy?
Pertanyaan 36: Bagaimanakah posisi duduk pada Tasyahhud, apakah duduk Iftirasy atau Tawarruk? 
Pertanyaan 37: Adakah doa lain sebelum salam? 
Pertanyaan 38: Adakah doa tambahan lain sebelum salam?
Pertanyaan 39: Bagaimanakah salam mengakhiri shalat?
Pertanyaan 40: Ke manakah arah duduk imam setelah salam?
Pertanyaan 41: Ketika shalat, apakah Rasulullah Saw hanya membaca di dalam hati, atau dilafazkan? 
Pertanyaan 42: Apakah arti thuma’ninah? Apakah standarnya?
Pertanyaan 43: Bagaimana shalat orang yang tidak ada thuma’ninah?
Pertanyaan 44: Apa pendapat ulama tentang Qunut Shubuh? 
Pertanyaan 45: Apakah dalil hadits tentang adanya Qunut Shubuh? 
Pertanyaan 46: Apakah ketika membaca Qunut mesti mengangkat tangan?
Pertanyaan 47: Jika seseorang shalat di belakang imam yang membaca Qunut, apakah ia mesti mengikuti imamnya?
Pertanyaan 48: Adakah dalil keutamaan berdoa setelah shalat wajib? 
Pertanyaan 49: Adakah dalil mengangkat tangan ketika berdoa? 
Pertanyaan 50: Apakah dalil zikir setelah shalat? 
Pertanyaan 51: Apakah ada dalil zikir jahar setelah shalat? 
Pertanyaan 52: Apakah Sutrah itu? 
Pertanyaan 53: Apakah dalil shalat menghadap sutrah? 
Pertanyaan 54: Apakah hukum menggunakan sutrah?
Pertanyaan 55: Adakah hadits yang menyebut Rasulullah Saw shalat tidak menghadap Sutrah? 
Pertanyaan 56: Apakah boleh membaca ayat ketika ruku’ dan sujud? 
Pertanyaan 57: Apakah boleh berdoa ketika sujud? 
Pertanyaan 58: Apakah boleh membaca doa yang tidak diajarkan nabi dalam shalat? 
Pertanyaan 59: Apakah boleh berdoa bahasa Indonesia dalam shalat? 
Pertanyaan 60: Berapa lamakah shalat nabi ketika shalat malam? 
Pertanyaan 61: Apakah ayat yang dibaca nabi? 
Pertanyaan 62: Apakah boleh shalat Dhuha berjamaah?
Pertanyaan 63: Apakah dalil membaca surat as-Sajadah pada shubuh jum’at? 
Pertanyaan 64: Bagaimana jika dibaca terus menerus?
Pertanyaan 65: Ketika akan sujud, apakah imam bertakbir? 
Pertanyaan 66: Apakah dalil shalat sunnat Rawatib? 
Pertanyaan 67: Apakah shalat sunnat Rawatib yang paling kuat? 
Pertanyaan 68: Apakah ada perbedaan antara shalat Shubuh dan shalat Fajar?
Pertanyaan 69: Jika terlambat melaksanakan shalat Qabliyah Shubuh, apakah bisa diqadha’? 
Pertanyaan 70: Adakah dalil shalat sunnat Qabliyah Maghrib? 
Pertanyaan 71: Waktu hanya cukup shalat dua rakaat, antara Tahyatalmasjid dan Qabliyah, apakah shalat
Tahyatalmasjid atau Qabliyah?
 
Pertanyaan 72: Berapakah jarak musafir boleh shalat Jama’/Qashar?
Pertanyaan 73: Berapa hari boleh Qashar/Jama’? 
Pertanyaan 74: Bagaimanakah cara shalat khusyu’? 
Pertanyaan 75: Apakah fungsi shalat? 
Pertanyaan 76: Apakah shalat yang tertinggal wajib diganti? 
Pertanyaan 77: Apakah hukum orang yang meninggalkan shalat secara sadar dan sengaja

Biografi Salahudin Alayubi

Biografi Salahudin Al-Ayubi (1138 - 1193 M)


Dunia mengenalnya sebagai salah satu tokoh pemimpin terbesar yang pernah ada. Ia sangat dikenal oleh umat islam di dunia dan juga terkenal di barat. Dialah juga merupakan salah satu tokoh terbesar dalam Perang Salib. Namanya dikenal luas takkala ia dapat menaklukkan kerajaan Jerusalem yang ketika itu dipimpin oleh Guy The Lusignan Raja Jerusalem.

Pasukan Shalahuddin dikenal sebagai pasukan yang pemberani dibawah pimpinannya.  Berikut biografi dan profil lengkapnya. Bernama lengkap Salahuddin Al-Ayubi yang dikenal didunia barat sebagai Saladin terlahir dari keluarga Kurdish di kota Tikrit (140km barat laut kota Baghdad) dekat sungai Tigris pada tahun 1137M. Masa kecilnya selama sepuluh tahun dihabiskan belajar di Damaskus di lingkungan anggota dinasti Zangid yang memerintah Syria, yaitu Nur Ad-Din atau Nuruddin Zangi.

Profil Kehidupan Salahuddin Al Ayyubi
Salahudin Al-Ayubi atau tepatnya Sholahuddin Yusuf bin Ayyub, Salah Ad-Din Ibn Ayyub atau Saladin/salahadin (menurut lafal orang Barat) adalah salah satu pahlawan besar dalam tharikh (sejarah) Islam.

Satu konsep dan budaya dari pahlawan perang ini adalah perayaan hari lahir Nabi Muhammad SAW yang kita kenal dengan sebutan maulud atau maulid, berasal dari kata milad yang artinya tahun, bermakna seperti pada istilah ulang tahun.

Berbagai perayaan ulang tahun di kalangan/organisasi muslim sering disebut sebagai milad atau miladiyah, meskipun maksudnya adalah ulang tahun menurut penanggalan kalender Masehi.

Selain belajar Islam, Shalahuddin pun mendapat pelajaran kemiliteran dari pamannya Asaddin Shirkuh, seorang panglima perang Turki Seljuk. Kekhalifahan. Bersama dengan pamannya Shalahuddin menguasai Mesir, dan mendeposisikan sultan terakhir dari kekhalifahan Fatimid (turunan dari Fatimah Az-Zahra, putri Nabi Muhammad SAW).

Dinobatkannya Salahuddin menjadi sultan Mesir membuat kejanggalan bagi anaknya Nuruddin, Shalih Ismail. Hingga setelah tahun 1174 Nuruddin meninggal dunia, Shalih Ismail bersengketa soal garis keturunan terhadap hak kekhalifahan di Mesir. Akhirnya Shalih Ismail dan Salahuddin berperang dan Damaskus berhasil dikuasai Salahuddin.

Shalih Ismail terpaksa menyingkir dan terus melawan kekuatan dinasti baru hingga terbunuh pada tahun 1181. Salahuddin Al Ayyubi kemudian memimpin Syria sekaligus Mesir serta mengembalikan Islam di Mesir kembali kepada jalan Ahlus Sunnah wal Jamaah.

Menaklukkan Jerusalem
Dalam menumbuhkan wilayah kekuasaannya Salahuddin selalu berhasil mengalahkan serbuan para Crusader (Tentara Salib) dari Eropa, terkecuali satu hal yang tercatat adalah Salahuddin sempat mundur dari peperangan Battle of Montgisard melawan Kingdom of Jerusalem (kerajaan singkat di Jerusalem selama Perang Salib) yang saat tu dipimpin oleh Baldwin IV karena kesepakatan antara dua belah pihak.

Mundurnya Salahuddin tersebut mengakibatkan Raynald of Châtillon pimpinan perang dari The Holy Land Jerusalem memrovokasi muslim dengan mengganggu perdagangan dan jalur Laut Merah yang digunakan sebagai jalur jamaah haji ke Makkah dan Madinah.

Lebih buruk lagi Raynald yang ketika itu didukung oleh Guy of Lusignan yang merupakan raja jerusalem yang baru menggantikan Baldwin IV yang meninggal akibat lepra mengancam menyerang dua kota suci tersebut, hingga akhirnya Salahuddin menyerang kembali Kingdom of Jerusalem pada tanggal 4 juli 1187 pada perang yang terkenal dengann nama 'Battle of Hattin'.

Pada pertempuran tersebut, pasukan islam yang dipimpin langsung oleh Salahuddin Al Ayyubi dapat membumi hanguskan tentara salib yang ketika itu dipimpin oleh Guy of Lusignan sekaligus mengeksekusi mati Raynald of Châtillon dan kemudian menangkap rajanya, Guy of Lusignan.

Setelah peristiwa tersebut, Salahuddin al Ayyubi kemudian bergerak dengan cepat untuk menguasai daerah-daerah disekitar kerajaan jerusalem. Beberapa bulan kemudian ia berhasil mengusai daerah-daerah tersebut, Salahuddin yang akhirnya mencapai kerajaan jerusalem pada bulan september 1187 kemudian melakukan pengepungan kerajaan yerusalem yang ketika itu dipimpin oleh Balian of Ibelin.

Serangan pertama ke tembok pertahanan Kerajaan jerusalem dilakukan pada tanggal 21 september 1187 oleh pasukan Salahuddin Al Ayyubi. Selama 12 hari, kerajaan yerusalem yang dikomando oleh Balian of Ibelin bertahan mati-matian oleh serangan pasukan islam.

Hingga akhirnya pada tanggal 2 oktober 1187, kerajaan Jerusalem akhirnya menyerah. Setelah sekian lama seluruh Jerusalem kembali ke tangan muslim dan Kingdom of Jerusalem pun runtuh. Kisah penaklukan kerajaan Yerusalem oleh Salahuddin Al Ayyubi dapat pembaca lihat di film yang berjudul 'Kingdom of Heaven'.

Jatuhnya Jerusalem ini menjadi pemicu Kristen Eropa menggerakkan Perang Salib Ketiga atau Third Crusade. Perang Salib Ketiga ini menurunkan Raja Richard dari Inggris ke medan perang di Battle of Arsuf.

Shalahuddin pun terpaksa mundur, dan untuk pertama kalinya Crusader merasa bisa menjungkalkan invincibilty Salahuddin. Dalam kemiliteran Sholahuddin dikagumi ketika Richard cedera, Shalahuddin menawarkan pengobatan di saat perang di mana pada saat itu ilmu kedokteran kaum Muslim sudah maju dan dipercaya.

Pada tahun 1192 Shalahuddin dan Richard sepakat dalam perjanjian Ramla, di mana Jerusalem tetap dikuasai Muslim dan terbuka kepada para peziarah Kristen. Setahun berikutnya Shalahuddin meninggal dunia di Damaskus setelah Richard kembali ke Inggris. Bahkan ketika rakyat membuka peti hartanya ternyata hartanya tak cukup untuk biaya pemakamannya, hartanya banyak dibagikan kepada mereka yang membutuhkannya.
Buku Tentang Salahuddin Al Ayyubi
Selain dikagumi Muslim, Shalahuddin atau Saladin/salahadin mendapat reputasi besar di kaum Kristen Eropa, kisah perang dan kepemimpinannya banyak ditulis dalam karya puisi dan sastra Eropa, salah satunya adalah The Talisman (1825) karya Walter Scott.

Masa lalu memang tidak mudah pergi meskipun kita seperti tak ingin menengoknya. Bahkan di salah satu tembok Masjid Umayyah yang dulu adalah Katedral Yahya Pembaptis yang dipermak jadi masjid yang indah di tahun 700-an itu, seorang sejarawan masih menemukan sisa inskripsi ini: "Kerajaan-Mu, ya, Kristus, adalah kerajaan abadi...."

Tapi jika masa lalu tak mudah pergi, dari bagian manakah dari Saladin yang akan datang kepada kita kini? Dari ruang makamnya yang kusam, mitos apa yang akan kita teruskan? Kisah Saladin adalah kisah peperangan. Dari zamannya kita dengar cerita dahsyat bagaimana agama-agama telah menunjukkan kemampuannya untuk memberi inspirasi keberanian dan ilham pengorbanan - yang kalau perlu dalam bentuk pembunuhan.

Tapi sebagian besar kisah Saladin - yang tersebar baik di Barat maupun di Timur dari sejarah Perang Salib yang panjang di abad ke- 12 itu - adalah juga cerita tentang seorang yang pemberani dalam pertempuran, yang sebenarnya tak ingin menumpahkan darah. Saladin merebut Jerusalem kembali di musim panas 1187. Tapi menjelang serbuan, ia beri kesempatan penguasa Kristen kota itu untuk menyiapkan diri agar mereka bisa melawan pasukannya dengan terhormat.

Dan ketika pasukan Kristen itu akhirnya kalah juga, yang dilakukan Saladin bukanlah menjadikan penduduk Nasrani budak-budak. Saladin malah membebaskan sebagian besar mereka, tanpa dendam, meskipun dulu, di tahun 1099, ketika pasukan Perang Salib dari Eropa merebut Jerusalem, 70 ribu orang muslim kota itu dibantai dan sisa-sisa orang Yahudi digiring ke sinagog untuk dibakar.

Biografi Muhammad Alfatih

Biografi Sultan Muhammad Al Fatih Sang Penakluk Konstantinopel

Image result for biografi muhammad alfatih

A. Kelahiran Dan Masa Kecil Sultan Muhammad
Sultan Mahmed II atau juga dikenal Sultan Muhammad Al- Fatih, beliau adalah Sultan yang memerintah di Dinasty Turky Utsmani. di juluki Al-Fatih (sang penakluk) karena telah menaklukkanKonstantinopel.[1]

Sultan Muhammad II dilahirkan pada tanggal 20 April 1429 M, bertepatan pada 26 Rajab 833 H. Ibunya yang diduga merupakan seorang Budak dengan asal-usul agama Kristen dan bernama Turki Hatun bin Abdullah dan ayahnya adalah Raja Murad

Lahir sebagai putera ketiga Murad, Muhammad tidak pernah dipersiapkan ataupun diperkirakan menjadi penggantinya sebagai putra mahkota. Muhammad baru ditetapkan sebagai putra mahkota setelah kematian kedua kakak lelakinya yang berlainan ibu , Ahmad dan Ali, dalam usia yang masih muda.

Kematian Ahmad dan Ali sangat memukul Murad ia segera memanggil Muhammad yang saat itu berada Magnesa ke Edirne untuk dididik secara intensif sebagai calon penggantinya
Muhammad Celebi atau Muhammad kecil pada awal masa pendidikannya bukanlah anak yang mudah untuk menerima pelajaran. Bukan berarti ia Bodoh atau kurang mampu menyerap pelajaran. Sebetulnya ia anak yang sangat cerdas tetapi ia tak pernah mau menaati guru-gurunya. Mungkin ini disebabkan kedudukannya sebagai seorang pangeran yang membuatnya jadi manja. Satu demi satu guru yang dihadirkan ayahnya mengalami kegagalan dalam menggemblengnya. Muhammad kecil begitu enggan belajar. Ia tak mau perintah guru-gurunya untuk membaca, sehingga ia tak bisa mengkhatamkan Al-Quran sebagai mana mestinya.

Sultan murad berusaha mencari ulama sekaligus guru yang berkarisma yang tinggi serta sikap yang tegas. Akhirnya Murad Syekh Ahmad bin Ismail Al- Kurani, seorang ulama Kurdi, untuk menjadi guru bagi anaknya.

Sultan Murad membekali Ahmad Al-Kurani dengan sebilah kayu untuk digunakan bilamana perlu. Pada pertemuan pertama dengan anak didiknya, Al-Kurani sambil memegang kayu di tangan dan berkata “ayahmu mengirim saya untuk mendidikmu, serta untuk meluruskanmu jika kamu menolak perintah saya.”

Muhammad tertawa mendengar kata-kata ini. Seketika itu juga Kurani memukul Muhammad dengan keras . betapa terkejudnya Muhammad mendapat pukulan seperti itu. Ia tak menyangka gurunya yang baru itu akan benar-benar memukulnya . ia yang selama ini hidup senang dan keinginannya selalu dituruti oleh orang-orang yang ada di sekitarnya kini “ kena batunya”. Ketegasan Al-Kurani membuat Muhammad tidak bisalagi berkutik.

Semenjak itu Muhammad patuh dan hormat terhadap gurunya dan mulai belajar dengan serius. Ia pun mendalami Al-Quran serta ilmu-ilmu lainnya.[2] Di samping itu, Murabbi Syeikh Ak Syamsuddin yang juga merupakan Murabbi dari Sultan Muhammad Al-Fatih. Dia mengajar Sultan Muhammad ilmu-ilmu agama seperti Al-Qur'an, hadits, fiqih, bahasa (Arab, Parsi dan Turki), matematika, falak, sejarah, ilmu peperangan dan sebagainya. Syeikh Ak Syamsuddin lantas meyakinkan Sultan Muhammad bahwa dia adalah orang yang dimaksudkan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallamdi dalam hadits penaklukan Kostantinopel.

Muammad II tumbuh sebagai Pemuda yang keras kemauannya dan serius dalam mewujudkan keinginannya. Awal karirnya tidak berjalan dengan memuaskan. Ia diberikan kesempatan oleh ayahnya untuk memimpin Turki, tetapi karena kurngnya pengalaman terjadi penuntutan kenaikan gaji oleh tentara Yanisari, ketika penuntutan ditolak, mereka melakukan aksi yang sangat serius yaitu dengan membakar pasar-pasar disusul dengan perampokan dan pembunuhan. Pemerintah turki akhirnya mengalah dan memberikan gajih seperti yang diminta tentara Yanisari.

Prestasi awal yang buruk rupanya memberikan pelajaran tersendiri bagi Muhammad II. Selama lima tahin Muhammad mampu mengamati perkembangan pemerintahan dengan kacamata pengetahuan dan pengalaman. Tidak banyak raja yang memiliki kesempatan semacam ini.

Setelah mendengar kabar kematian ayahnya, sultan Muhammad segera berangkat ke Eropa sembari berkata kepada sahabatnya “biarlah mengikuti saya bagi siapa-siapa yang mengikuti saya”

Sekitar dua minggu setelah Murad wafat, pelantikan sultan Muhammad secara resmi dilangsungkan di Edirne dengan mengundang seluruh petinggi Turki, usianya pada saat itu antara 21, sampai 22 tahun.[3]

Sultan Muhammad II diangkat menjadi Khalifah Utsmaniyah pada tanggal 5 Muharam 855 H bersamaan dengan 7 Febuari 1451 M. Program besar yang langsung ia canangkan ketika menjabat sebagai khalifah adalah menaklukkan Konstantinopel. Langkah pertama yang Sultan Muhammad lakukan untuk mewujudkan cita-citanya adalah melakukan kebijakan militer dan politik luar negeri yang strategis. Ia memperbarui perjanjian dan kesepakatan yang telah terjalin dengan negara-negara tetangga dan sekutu-sekutu militernya. Pengaturan ulang perjanjian tersebut bertujuan menghilangkan pengaruh Kerajaan Bizantium Romawi di wilayah-wilayah tetangga Utsmaniah baik secara politis maupun militer.

B. Penaklukan Konstantinopel
Sultan Muhammad II juga menyiapkan lebih dari 4 juta prajurit yang akan mengepung Konstantinopel dari darat. Pada saat mengepung benteng Bizantium banyak pasukan Utsmani yang gugur karena kuatnya pertahanan benteng tersebut. Pengepungan yang berlangsung tidak kurang dari 50 hari itu, benar-benar menguji kesabaran pasukan Utsmani, menguras tenaga, pikiran, dan perbekalan mereka.

Pertahanan yang tangguh dari kerajaan besar Romawi ini terlihat sejak mula. Sebelum musuh mencapai benteng mereka, Bizantium telah memagari laut mereka dengan rantai yang membentang di semenanjung Tanduk Emas. Tidak mungkin bisa menyentuh benteng Bizantium kecuali dengan melintasi rantai tersebut.

Akhirnya Sultan Muhammad menemukan ide yang ia anggap merupakan satu-satunya cara agar bisa melewati pagar tersebut. Ide ini mirip dengan yang dilakukan oleh para pangeran Kiev yang menyerang Bizantium di abad ke-10, para pangeran Kiev menarik kapalnya keluar Selat Bosporus, mengelilingi Galata, dan meluncurkannya kembali di Tanduk Emas, akan tetapi pasukan mereka tetap dikalahkan oleh orang-orang Bizantium Romawi. Sultan Muhammad melakukannya dengan cara yang lebih cerdik lagi, ia menggandeng 70 kapalnya melintasi Galata ke muara setelah meminyaki batang-batang kayu. Hal itu dilakukan dalam waktu yang sangat singkat, tidak sampai satu malam.

Di pagi hari, Bizantium kaget bukan kepalang, mereka sama sekali tidak mengira Sultan Muhammad dan pasukannya menyeberangkan kapal-kapal mereka lewat jalur darat. 70 kapal laut diseberangkan lewat jalur darat yang masih ditumbuhi pohon-pohon besar, menebangi pohon-pohonnya dan menyeberangkan kapal-kapal dalam waktu satu malam adalah suatu kemustahilan menurut mereka, akan tetapi itulah yang terjadi.

Peperangan dahsyat pun terjadi, benteng yang tak tersentuh sebagai simbol kekuatan Bizantium itu akhirnya diserang oleh orang-orang yang tidak takut akan kematian. Akhirnya kerajaan besar yang berumur 11 abad itu jatuh ke tangan kaum muslimin. Peperangan besar itu mengakibatkan 265.000 pasukan umat Islam gugur. Pada tanggal 20 Jumadil Awal 857 H bersamaan dengan 29 Mei 1453 M, Sultan Muhammad berhasil memasuki Kota Konstantinopel. Sejak saat itulah ia dikenal dengan nama Sultan Muhammad al-Fatih, penakluk Konstantinopel.

Saat memasuki Konstantinopel, Sultan Muhammad al-Fatih turun dari kudanya lalu sujud sebagai tanda syukur kepada Allah. Setelah itu, ia menuju Gereja Hagia Sophia dan memerintahkan menggantinya menjadi masjid. Konstantinopel dijadikan sebagai ibu kota, pusat pemerintah Kerajaan Utsmani dan kota ini diganti namanya menjadi Islambul yang berarti negeri Islam, lau akhirnya mengalami perubahan menjadi Istanbul. [4]

C. Kontribusi Sultan al-Fatih Kepada Pendidikan
Muhammad al-Fatih senantiasa disibukkan dengan belajar sepanjang hayatnya. Memberikan penghormatan kepada alim ‘ulama serta mengambil penting urusan pendidikan masyarakat.

Ketika Orhan Bey membangun sebuah madrasah di İznik dan Bursa, Murat Bey di Bursa, Beyazıt Yıldırım, Çelebi Mehmet dan Murad II di Bursa dan Edirne, Muhammad Al- Fatih membangun 16 madrasah setelah menaklukkan İstanbul.

Muhammad al-Fatih memberikan perhatian tinggi kepada ilmu-ilmu bahasa asing. Sehingga ia berkeinginan untuk banyak menerjemahkan karya-karya dalam bahasa-bahasa seperti bahasa Yunani dan Latin ke dalam bahasa Turki.
Gerbang İstanbul Üniversitesi (Darü’l-Fünun)
Gerbang İstanbul Üniversitesi (Darü’l-Fünun)
Cevdet Paşa dalam karyanya yang berjudul Tarih-I Cevdet mengatakan “Karena Muhammad al-Fatih sangat memperhatikan masalah pendidikan, İstanbul dipenuhi dengan para ilmuwan dari berbagai penjuru dunia sehingga ia mendirikan Dârü’l-Fünûn”.

Setelah menaklukkan imperium Trabzon, Muhammad II juga menjadikan seorang alim Romawi yang bernama Yorgi Amirkus sebagai pendamping untuk membuat peta dunia berdasarkan letak geografi Batlamyus.

D. Madrasah-madrasah Pada Masa Muhammad al-Fatih
Setelah menaklukkan İstanbul (Konstantinopel), Muhammad II segera membangun İstanbul sebagai pusat ilmu dan peradaban dunia. Sebanyak 8 (delapan) gereja di İstanbul segera dirubah menjadi madrasah.

Tentunya, kegiatan belajar mengajar di gereja belum bisa mendukung kebutuhan alim ‘ulama dan masyarakat. Maka daripada itu, antara tahun 1463-1471 dibangunlah Fatih Külliyesi yaitu sebuah kompleks besar yang terdiri atas sebuah masjid dan dua madrasah yang berdampingan yaitu madrasah Sahn-ı Seman dan Tetimme, sebuah Darüttalim (Muallimhane) yaitu sekolah dasar, perpustakaan dan administrasi. Serta sebuah Darüşşifa atau rumah sakit.

Beberapa ahli sejarah berpendapat bahwa pada periode Muhammad al-Fatih terdapat 3 (tiga) buah gereja yang dialihfungsikan sebagai madrasah yaitu madrasah Ayasofya, Zeyrek dan Sahn-ı Seman (Madrasah Fatih).

Muhammad al-Fatih juga melakukan pengawasan terhadap perkembangan para talebe atau siswa yang lulus dari Fetih Kulliyesi. Nama-nama, kondisi dan tugas-tugas yang mereka ambil dalam pemerintahan semua tertulis dalam sebuah kitab miliknya.

Para ulama Turki Ustmaniyyah diutus oleh Muhammad II ke Semerkand (daerah antara Turkmenistan dan Uzbekistan) untuk belajar matematika dan astronomi kepada Ali Kuscu Turkistani

Muhammad al-Fatih juga membangun madrasah di samping masjid Ayasofya dan Eyüp Sultan. Setelah dibangunnya Sahn-ı Seman undang-undang Turki Ustmaniyyah tentang sistem pendidikan pun dilakukan perubahan. Perubahan tersebut diantaranya adalah pembagian dan penentuan tingkatan/kelas, antara lain:
  1. Madrasah-madrasah Haşiye-i Tecrid
  2. Madrasah-madarah Miftah
  3. Madrasah Kırklı
  4. Madrasah Ellili
  5. Sahn-ı Seman
  6. Madrasah Altmış
Siswa yang mengerti mambaca dan menulis harus mendapat ijazah dari madrasah Haşiye-i Tecrid. Setelah itu berdasarkan urutannya, naik ke tingkat madrasah Miftah dan Kırklı. Ijazah yang didapat akan menentukan derajat atau tingkatan selanjutnya yaitu Ellili atau Sahnı-ı Seman. Guru-guru yang hendak mengajar di madrasah-madrasah tersebut akan diberikan ujian oleh Muhammad al-Fatih sendiri.[5]

E. Wafatnya Sang Penakluk
Pada bulan Rabiul Awal tahun 886 H/1481 M, Sultan Muhammad al-Fatih pergi dari Istanbul untuk berjihad, padahal ia sedang dalam kondisi tidak sehat. Di tengah perjalanan sakit yang ia derita kian parah dan semakin berat ia rasakan. Dokter pun didatangkan untuk mengobatinya, namun dokter dan obat tidak lagi bermanfaat bagi sang Sultan, ia pun wafat di tengah pasukannya pada hari Kamis, tanggal 4 Rabiul Awal 886 H/3 Mei 1481 M. Saat itu Sultan Muhammad berusia 52 tahun dan memerintah selama 31 tahun.

Sebelum wafat, Muhammad al-Fatih mewasiatkan kepada putra dan penerus tahtanya, Sultan Bayazid II agar senantiasa dekat dengan para ulama, berbuat adil, tidak tertipu dengan harta, dan benar-benar menjaga agama baik untuk pribadi, masyarakat, dan kerajaan.[6]

F. Cerita Teladan Pemimpin yang Tak Pernah Luapa Sholat Tahajjud
Di ceritakan pada suatu hari timbul persoalan, ketika pasukan islam hendak melaksanakan shalat jum’at yang pertama kali di kota itu.“Siapakah yang layak menjadi imam shalat jum’at?” tak ada jawaban. Tak ada yang berani yang menawarkan diri, kemudian Muhammad Al Fatih tegak berdiri. Beliau meminta kepada seluruh rakyatnya untuk bangun berdiri. Kemudian beliau bertanya. “ Siapakah diantara kalian yang sejak remaja, sejak akhil baligh hingga hari ini pernah meninggalkan shalat wajib lima waktu, silakan duduk” tak seorangpun pasukan islam yang duduk. Semua tegak berdiri. Lalu Sultan Muhammad Al Fatih kembali bertanya: “ Siapa diantara kalian yang sejak baligh dahulu hingga hari ini pernah meninggalkan shalat sunah rawatib? Kalau ada yang pernah meninggalkan shalat sunah sekali saja silakan duduk”. Sebagian lainya segera duduk. Dengan mengedarkan pandangan matanya ke seluruh rakyat dan pasukanya, Muhammad Al Fatih kembali berseru lalu bertanya: “ Siapa diantara kalian yang sejak masa akhil baligh sampai hari ini pernah meninggalkan shalat tahajjud di kesunyian malam? Yang pernah meninggalkan atau kosong satu malam saja, silakan duduk” Semua yang hadir dengan cepat duduk” Hanya ada seorang saja yang tetap tegak berdiri. dialah, Sultan Muhammad Al Fatih.[7]